Jumat, 24 April 2015

Mikroba dan Lezatnya Seafood

Mikroba dan Lezatnya Seafood
Oleh : Miftahuzzakiyah ( 1113016100042 ), Pendidikan Biologi 4B
Dosen : Meiry fadilah noor,M.si

Makanan laut atau yang sudah famous di telinga masyarakat domestik maupun mancanegara dengan sebutan seafood merupakan boga bahari yang dioalah dan dijadikan hidangan favorit. Lezatnya seafood ditambah dengan diketahui bahwa  kandungan proteinnya yang tinggi menjadikan seafood berada di kelas tengah teratas dari makanan berkarbo. Selain tinggi protein, seafood juga merupakan sumber lemak, vitamin dan mineral (seng, zat besi, magnesium dan iodium). Namun, dari kandungan seafood yang kaya nutrisi tersebut, terdapat mikroba yang kasat mata, yakni bakteri yang bernama Vibrio sp. Bakteri ini menjadikan hewan-hewan laut yang dijadikan seafood sebagai inang mereka. Selain menjadikan hewan laut terutama crustacea menjadi inang dan menyebabkan penyakit vibriosis, bakteri vibrio sp juga menyebabkan kolera pada manusia. Dengan demikian, manusia dapat terkontaminasi oleh bakteri Vibrio sp jika memakan makanan-makanan laut atau seafood.
Bakteri Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam famili Vibrionaceae dan tergolong bakteri gram negatif[1] .Mayoritas spesies dari genus Vibrio ini adalah bakteri patogen mematikan. Vibrio alginolitycus (Najiah, 2010), Vibrio harveyi (Poornima, 2012 ), Vibrio parahaemolyticus, Vibrio fischeri (Shanmuga, 2008), Vibrio cholera (Candrawati, 2011) kesemuanya adalah menyebabkan kematian pada inang crustacea, kepiting.[2] Bakteri dari genus Vibrio terdiri dari 28 spesies. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang memiliki dua membran dengan pemisah peptidoglikan tipis diantara kedua membran, memiliki lipopolisakarida yang mengandung endotoksin. Endotoksin merupakan toksin lipopolisakarida yang hanya dimiliki oleh bakteri gram negatif, berbentuk kokus maupun basil, lipopolisakarida ini dinamakan endotoksin karena terletak terikat dengan bakteri dan akan dilepaskan ketika bakteri lisis maupun melakukan penggandaan. Endotoksin lipopolisakarida ini menyebabkan syok, dan demam[3]. Genus Vibrio berbentuk batang berkepala, seperti tanda koma, dan tidak mampu untuk membentuk endospore. Bakteri ini adalah penghuni alam air laut. Bakteri Vibrio sp. adalah bakteri aerob, namun ada beberapa yang aerob fakultatif. Mereka dapat tumbuh dan berkembang pada rentan pH 6,4-9,6 dengan pH optimum 7,8-8,0. Mereka juga dapat tumbuh rentan suhu 18 0C-300 C. Pada uji biokimia, hasil positif pada oksidase dan katalase, kemudian hasil positif juga pada fermentasi sukrosa dan manitol namun hasil negative pada uji laktosa.
             (Vibrio parahaemolyticus)
Isolasi bakteri Vibrio sp menggunakan media Thiosulphate Citrate Bile Salt Agar (TCBSA). Media TCBS Agar merupakan media sintetik yang dibuat dengan nutrisi kadar konsentrasi garam tinggi dan memenuhi persyaratan gizi Vibrio sp. Media ini merupakan media selektif yang memungkinkan pada pertumbuhan bakteri Vibrio akan bersaing dengan flora usus. TCBS agar mengandung komposisi diantaranya yeast extract (5 g), enzimatik digest dari kasein (5 g), enzimatik digest jaringan hewan (5 g), Natrium Sitrat (10 g),  Sodium Tiosulfat Sodium Klorida (10 g), Ferri Sitrat (1 g),  bromthymol biru (0,04 g), timol biru (0,04 g), agar (14 g). [4] Isolasi Bakteri Vibrio sp diambil dari organ hepatopankreas, insang, hemolymph dan luka pada karapas kepiting. Berdasarkan  percobaan yang dikemukakan dalam “Journal of Aquaculture Management and Technology of Identification Vibriosis Agent in Fattening Mud Crabs Farming From Pemalang” penyuntikan dilakukan pada ruas kaki ke lima dengan kepadatan bakteri 108 CFU/mL kemudian identifikasi dilakukan dengan kriteria uji biokimia dan morfologi bakteri untuk dilakukan uji postulat koch. Kultivasi yang dilakukan menggunakan media TCBS Agar, setelah diinkubasi, dan bakteri tumbuh dalam media, dilakukanlah pemurnian dan masih menggunakan media TCBS Agar mengambil isolate koloni tunggal dari hasil kultivasi, pemurnian dilakukan dengan reisolasi isolat 3-5 kali smapai dihasilkan yang ditandai dengan warna yang seragam. Kemudian dilakukan uji postulat Koch. Bakteri dikultur di media Natrium Agar ( NA ) kemudian menggunakan media cair zobell dengan cara mengambil bakteri menggunakan jarum ose yang sudah dipanaskan (Sterilisasi ) kemudian dimasukkan ke dalam media cair zobell tersebut dan diinkubasi selama 2x24 jam, pemanenan dilakukan dengan centrifuge media cair zobell selama 5 menit, kemudian pellet bakteri diambil sementara supernatant dibuang. Dilakukan uji postulat Koch pada kepiting bakau yang sehat dan sudah diaklimatisasi selama 7 hari. Penyuntikan dilakukan pada kaki ke lima kepiting. Kemudian dihasilkan pada Kepiting bakau (S. serrata) sampel yang berasal dari Pemalang memiliki gejala klinis terdapat luka pada karapas dan capit, terdapat bercak kemerahan pada karapas, insang kepiting berwarna kehitaman dan terdapat ektoparasit jenis Octolasmis sp. pada insang dan pergerakan kepiting tidak agresif. Dari lima kepiting yang dijadikan sampel uji postulat Koch didapatkan berbagai jenis bakteri Vibrio sp. Dari keseluruhan bakteri yang sudah diinfeksikan dan diketahui tersebut menyebabkan kematian 100% pada kepiting bakau, walaupun durasi kematian kepiting satu dengan kepiting yang lainnya adalah berbeda. Gejala analisis ketika kepiting akan mati, ia akan lebih sering naik ke permukaan dan  insangnya akan membuka dan melebar lebih besar dan cepat. Perbedaan waktu kematian kepiting bakau dipengaruhi oleh tingkat patogenisitas bakteri yang berbeda. Menurut Sarjito (2010) patogenisitas bakteri terhadap inang berbeda, beberapa hal yang mempengaruhi adalah faktor pertahanan inang dalam melawan patogen, maupun faktor patogenisitas bakteri yang berkaitan dengan kemampuan memproduksi toksin, enzim, plasmid, dan mengatasi ketahanan inang, serta kecepatan berkembang biak. Austin dan Austin (2007) mengemukakan bahwa faktor yang biasanya menyebabkan wabah penyakit vibriosis berhubungan dengan perubahan lingkungan dan stres. Salah satu spesies bakteri vibrio yang sering menyerang ikan dan invertebrata adalah Vibrio fischeri.
Kontrol yang digunakan dalam percobaan ini adalah PBS (Phosphat Buffer Saline), PBS merupakan larutan buffer phospat, larutan penyangga yang terdiri dari asam lemah dan garamnya yang dapat mempertahankan pH, buffer phospat ini dapat menghambat aktivitas metabolic enzim karboksilase, fumarase, dan phosphoglucomutase. Terbukti bahwa pada sampel kepiting yang disuntik dengan kontrol PBS menunjukkan kematian pada kepiting adalah 0%.
Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Tidak hanya kepiting, namun Vibrio sp juga dapat menginfeksi ikan dan udang.
Vibrio sp tidak bersifat invasif, yaitu tidak pernah masuk kedalam sirkulasi darah tetapi menetap di usus sehingga dapat menyebabkan gastritis pada manusia. Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Vibrio sp menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, musinase, dan eksotoksin. Toksin diserap dipermukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida sehingga menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit, terjadilah kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar.
Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan toksin. Produksi toksin oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini. Proses ini dapat dibuktikan dengan pemberian viseral antibodi. Bila terjadi dehidrasi, maka diberikanlah cairan elektrolit. Immunitas pasif dapat dilakukan dengan memberikan viseral antibodi dan viseral antitoksin yang dapat mengurangi cairan tanpa mematikan kuman.. kemudian terdapat juga bakteri Vibrio yang dapat dapat menghasilkan soluble hemolysin yang dapat melisiskan sel darah merah. Struktur antigen bakteri Vibrio baik yang patogen maupun nonpatogen memiliki antigen-H tunggal yang sejenis dan tidak tahan panas. Antigen-H ini sangat heterogen dan juga banyak terjadi overlapping dengan bakteri lain. Oleh karena itu, untuk mengonsumsi makanan-makanan laut atau seafood hendaknya dimasak sampai benar-benar matang, dimasak lama atau dengan suhu tinggi. Semoga artikel ini bermanfaat J
Referensi :
   Anonim. Vibrio sp Asli Indonesia Sebagai Penyebab Penyakit Udang. Jurnal Ilmu
     dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal. 85-99, Desember 2011 ©Ikatan
         Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,.
           Pekan Baru.
Austin B. and D.A. Austin. 2007. Bacterial Fish Pathogens. Disease in Farmed and
   Wild Fish. Fourth edition. Ellis Horword limited. Chichester: England. 383 p.
Baron, E. J., L. R. Peterson, and S. M. Finegold. 1994. Vibrio and related species,
   Aeromonas, Plesiomonas, Campylobacter, Helicobacter, and others, p. 429-444.
      Bailey & Scott’s diagnostic microbiology, 9th ed. Mosby-Year Book, Inc. St.
         Louis, MO.
Buller, N.B .2004. Bacteria from Fish and Other Aquatic Animals: A Practical
   Identification Manual. CABI Publishing. South Perth, Western Australia.
Candrawati, N. 2011. Deteksi Bakteri Vibrio cholera Pada Kepiting Bakau (Scylla
   serrata) Dari Tambak Di Kabupaten Sidoarjo. Fakultas Kedokteran Hewan,
      Universitas Airlangga. Surabaya.
Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp.) di Perairan Nongsa Batam
   Propinsi Riau. J. Natur Indonesia 1I (1): 28 – 33
Ferdian Bagus Feriandika, Sarjito, Slamet Budi Prayitno . Identification Vibriosis
   Agent in Fattening Mud Crabs Farming From Pemalang. Journal of Aquaculture
      Management and Technology Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 126-
         134. Semarang.
Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology, Tenth Edition.
   New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Murray, P. R., E. J. Baron, M. A. Pfaller, F. C. Tenover, and R. H. Yolken (eds.).
   1995. Manual of clinical microbiology, 6th ed. American Society for Microbiology.
      Washington, D.C.
Najiah, M., M. Nadirah., I. Sakri., and F. S. Harrison. 2010. Bacteria Associated with
   Wild Mud Crab (Scylla serrata) from Setiu Wetland, Malaysia with Emphasis on
      Antibiotic Resistances. Journal of Biological Sciences. Pakistan.
Nanin Dwi Rinawati. Jurnal Daya Antibakteri Tumbuhan Majapahit terhadap bakteri
   Vibrio algynoliticus. Surabaya.
Robi, Amizar. Artikel Karakteristik Molekuler dari Vibrio parahaemolyticus dan
   Vibrio cholera yang diisolasi dari seafood.
Sarjito, 2011. Penggunaan Repetitive Sequence-Based Polychain Reaction (REP-
   PCR) Untuk Pengelompokan Bakteri Vibrio yang Berasosiasi dengan Ikan Kerapu
      Sakit dari Perairan Karimunjawa. J. Ilmu Kelautan, Vol. 16 (2) 103-110.
Ibid, 2010. Aplikasi Biomolekuler Untuk Deteksi Agensia Penyebab Vibriosis Pada
   Ikan Kerapu dan Potensi Bakteri Sponge Sebagai Anti Vibriosis. [Disertasi].
      Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Ibid, O.K. Radjasa, A. Sabdono, S.B. Prayitno and S. Hutabarat. 2009. Phylogenetic
   Diversity of the Causative Agents of Vibriosis Associated with Groupers Fish from
      Karimunjawa Islands, Indonesia. Current Research in Bacteriology, 2 (1): 14-21.
Shanmuga, P.U. 2008. Phenotypic and Genotypic Characterization of Vibrio harveyi
   Isolates from Mud Crab, Scylla tranquebarica. M. Phil. Dissertation, Dhanalakshmi
      Srinivasan College of Arts and Science for Women, Perambalur, (Bharathidasan
         University), Tamilnadu, 120 pp




[1] Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp) Di Perairan Nongsa Batam Provinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia 1I (1).
[2] Ferdian Bagus Feriandika, Sarjito, Slamet Budi Prayitno. Identification Vibriosis Agent in Fattening Mud Crabs Farming From Pemalang. Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 126-134.
[3] Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology, Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc
[4] TCBS Agar (7210)