Jumat, 24 April 2015

Mikroba dan Lezatnya Seafood

Mikroba dan Lezatnya Seafood
Oleh : Miftahuzzakiyah ( 1113016100042 ), Pendidikan Biologi 4B
Dosen : Meiry fadilah noor,M.si

Makanan laut atau yang sudah famous di telinga masyarakat domestik maupun mancanegara dengan sebutan seafood merupakan boga bahari yang dioalah dan dijadikan hidangan favorit. Lezatnya seafood ditambah dengan diketahui bahwa  kandungan proteinnya yang tinggi menjadikan seafood berada di kelas tengah teratas dari makanan berkarbo. Selain tinggi protein, seafood juga merupakan sumber lemak, vitamin dan mineral (seng, zat besi, magnesium dan iodium). Namun, dari kandungan seafood yang kaya nutrisi tersebut, terdapat mikroba yang kasat mata, yakni bakteri yang bernama Vibrio sp. Bakteri ini menjadikan hewan-hewan laut yang dijadikan seafood sebagai inang mereka. Selain menjadikan hewan laut terutama crustacea menjadi inang dan menyebabkan penyakit vibriosis, bakteri vibrio sp juga menyebabkan kolera pada manusia. Dengan demikian, manusia dapat terkontaminasi oleh bakteri Vibrio sp jika memakan makanan-makanan laut atau seafood.
Bakteri Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam famili Vibrionaceae dan tergolong bakteri gram negatif[1] .Mayoritas spesies dari genus Vibrio ini adalah bakteri patogen mematikan. Vibrio alginolitycus (Najiah, 2010), Vibrio harveyi (Poornima, 2012 ), Vibrio parahaemolyticus, Vibrio fischeri (Shanmuga, 2008), Vibrio cholera (Candrawati, 2011) kesemuanya adalah menyebabkan kematian pada inang crustacea, kepiting.[2] Bakteri dari genus Vibrio terdiri dari 28 spesies. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang memiliki dua membran dengan pemisah peptidoglikan tipis diantara kedua membran, memiliki lipopolisakarida yang mengandung endotoksin. Endotoksin merupakan toksin lipopolisakarida yang hanya dimiliki oleh bakteri gram negatif, berbentuk kokus maupun basil, lipopolisakarida ini dinamakan endotoksin karena terletak terikat dengan bakteri dan akan dilepaskan ketika bakteri lisis maupun melakukan penggandaan. Endotoksin lipopolisakarida ini menyebabkan syok, dan demam[3]. Genus Vibrio berbentuk batang berkepala, seperti tanda koma, dan tidak mampu untuk membentuk endospore. Bakteri ini adalah penghuni alam air laut. Bakteri Vibrio sp. adalah bakteri aerob, namun ada beberapa yang aerob fakultatif. Mereka dapat tumbuh dan berkembang pada rentan pH 6,4-9,6 dengan pH optimum 7,8-8,0. Mereka juga dapat tumbuh rentan suhu 18 0C-300 C. Pada uji biokimia, hasil positif pada oksidase dan katalase, kemudian hasil positif juga pada fermentasi sukrosa dan manitol namun hasil negative pada uji laktosa.
             (Vibrio parahaemolyticus)
Isolasi bakteri Vibrio sp menggunakan media Thiosulphate Citrate Bile Salt Agar (TCBSA). Media TCBS Agar merupakan media sintetik yang dibuat dengan nutrisi kadar konsentrasi garam tinggi dan memenuhi persyaratan gizi Vibrio sp. Media ini merupakan media selektif yang memungkinkan pada pertumbuhan bakteri Vibrio akan bersaing dengan flora usus. TCBS agar mengandung komposisi diantaranya yeast extract (5 g), enzimatik digest dari kasein (5 g), enzimatik digest jaringan hewan (5 g), Natrium Sitrat (10 g),  Sodium Tiosulfat Sodium Klorida (10 g), Ferri Sitrat (1 g),  bromthymol biru (0,04 g), timol biru (0,04 g), agar (14 g). [4] Isolasi Bakteri Vibrio sp diambil dari organ hepatopankreas, insang, hemolymph dan luka pada karapas kepiting. Berdasarkan  percobaan yang dikemukakan dalam “Journal of Aquaculture Management and Technology of Identification Vibriosis Agent in Fattening Mud Crabs Farming From Pemalang” penyuntikan dilakukan pada ruas kaki ke lima dengan kepadatan bakteri 108 CFU/mL kemudian identifikasi dilakukan dengan kriteria uji biokimia dan morfologi bakteri untuk dilakukan uji postulat koch. Kultivasi yang dilakukan menggunakan media TCBS Agar, setelah diinkubasi, dan bakteri tumbuh dalam media, dilakukanlah pemurnian dan masih menggunakan media TCBS Agar mengambil isolate koloni tunggal dari hasil kultivasi, pemurnian dilakukan dengan reisolasi isolat 3-5 kali smapai dihasilkan yang ditandai dengan warna yang seragam. Kemudian dilakukan uji postulat Koch. Bakteri dikultur di media Natrium Agar ( NA ) kemudian menggunakan media cair zobell dengan cara mengambil bakteri menggunakan jarum ose yang sudah dipanaskan (Sterilisasi ) kemudian dimasukkan ke dalam media cair zobell tersebut dan diinkubasi selama 2x24 jam, pemanenan dilakukan dengan centrifuge media cair zobell selama 5 menit, kemudian pellet bakteri diambil sementara supernatant dibuang. Dilakukan uji postulat Koch pada kepiting bakau yang sehat dan sudah diaklimatisasi selama 7 hari. Penyuntikan dilakukan pada kaki ke lima kepiting. Kemudian dihasilkan pada Kepiting bakau (S. serrata) sampel yang berasal dari Pemalang memiliki gejala klinis terdapat luka pada karapas dan capit, terdapat bercak kemerahan pada karapas, insang kepiting berwarna kehitaman dan terdapat ektoparasit jenis Octolasmis sp. pada insang dan pergerakan kepiting tidak agresif. Dari lima kepiting yang dijadikan sampel uji postulat Koch didapatkan berbagai jenis bakteri Vibrio sp. Dari keseluruhan bakteri yang sudah diinfeksikan dan diketahui tersebut menyebabkan kematian 100% pada kepiting bakau, walaupun durasi kematian kepiting satu dengan kepiting yang lainnya adalah berbeda. Gejala analisis ketika kepiting akan mati, ia akan lebih sering naik ke permukaan dan  insangnya akan membuka dan melebar lebih besar dan cepat. Perbedaan waktu kematian kepiting bakau dipengaruhi oleh tingkat patogenisitas bakteri yang berbeda. Menurut Sarjito (2010) patogenisitas bakteri terhadap inang berbeda, beberapa hal yang mempengaruhi adalah faktor pertahanan inang dalam melawan patogen, maupun faktor patogenisitas bakteri yang berkaitan dengan kemampuan memproduksi toksin, enzim, plasmid, dan mengatasi ketahanan inang, serta kecepatan berkembang biak. Austin dan Austin (2007) mengemukakan bahwa faktor yang biasanya menyebabkan wabah penyakit vibriosis berhubungan dengan perubahan lingkungan dan stres. Salah satu spesies bakteri vibrio yang sering menyerang ikan dan invertebrata adalah Vibrio fischeri.
Kontrol yang digunakan dalam percobaan ini adalah PBS (Phosphat Buffer Saline), PBS merupakan larutan buffer phospat, larutan penyangga yang terdiri dari asam lemah dan garamnya yang dapat mempertahankan pH, buffer phospat ini dapat menghambat aktivitas metabolic enzim karboksilase, fumarase, dan phosphoglucomutase. Terbukti bahwa pada sampel kepiting yang disuntik dengan kontrol PBS menunjukkan kematian pada kepiting adalah 0%.
Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Tidak hanya kepiting, namun Vibrio sp juga dapat menginfeksi ikan dan udang.
Vibrio sp tidak bersifat invasif, yaitu tidak pernah masuk kedalam sirkulasi darah tetapi menetap di usus sehingga dapat menyebabkan gastritis pada manusia. Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Vibrio sp menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, musinase, dan eksotoksin. Toksin diserap dipermukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida sehingga menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit, terjadilah kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar.
Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan toksin. Produksi toksin oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini. Proses ini dapat dibuktikan dengan pemberian viseral antibodi. Bila terjadi dehidrasi, maka diberikanlah cairan elektrolit. Immunitas pasif dapat dilakukan dengan memberikan viseral antibodi dan viseral antitoksin yang dapat mengurangi cairan tanpa mematikan kuman.. kemudian terdapat juga bakteri Vibrio yang dapat dapat menghasilkan soluble hemolysin yang dapat melisiskan sel darah merah. Struktur antigen bakteri Vibrio baik yang patogen maupun nonpatogen memiliki antigen-H tunggal yang sejenis dan tidak tahan panas. Antigen-H ini sangat heterogen dan juga banyak terjadi overlapping dengan bakteri lain. Oleh karena itu, untuk mengonsumsi makanan-makanan laut atau seafood hendaknya dimasak sampai benar-benar matang, dimasak lama atau dengan suhu tinggi. Semoga artikel ini bermanfaat J
Referensi :
   Anonim. Vibrio sp Asli Indonesia Sebagai Penyebab Penyakit Udang. Jurnal Ilmu
     dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal. 85-99, Desember 2011 ©Ikatan
         Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,.
           Pekan Baru.
Austin B. and D.A. Austin. 2007. Bacterial Fish Pathogens. Disease in Farmed and
   Wild Fish. Fourth edition. Ellis Horword limited. Chichester: England. 383 p.
Baron, E. J., L. R. Peterson, and S. M. Finegold. 1994. Vibrio and related species,
   Aeromonas, Plesiomonas, Campylobacter, Helicobacter, and others, p. 429-444.
      Bailey & Scott’s diagnostic microbiology, 9th ed. Mosby-Year Book, Inc. St.
         Louis, MO.
Buller, N.B .2004. Bacteria from Fish and Other Aquatic Animals: A Practical
   Identification Manual. CABI Publishing. South Perth, Western Australia.
Candrawati, N. 2011. Deteksi Bakteri Vibrio cholera Pada Kepiting Bakau (Scylla
   serrata) Dari Tambak Di Kabupaten Sidoarjo. Fakultas Kedokteran Hewan,
      Universitas Airlangga. Surabaya.
Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp.) di Perairan Nongsa Batam
   Propinsi Riau. J. Natur Indonesia 1I (1): 28 – 33
Ferdian Bagus Feriandika, Sarjito, Slamet Budi Prayitno . Identification Vibriosis
   Agent in Fattening Mud Crabs Farming From Pemalang. Journal of Aquaculture
      Management and Technology Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 126-
         134. Semarang.
Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology, Tenth Edition.
   New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Murray, P. R., E. J. Baron, M. A. Pfaller, F. C. Tenover, and R. H. Yolken (eds.).
   1995. Manual of clinical microbiology, 6th ed. American Society for Microbiology.
      Washington, D.C.
Najiah, M., M. Nadirah., I. Sakri., and F. S. Harrison. 2010. Bacteria Associated with
   Wild Mud Crab (Scylla serrata) from Setiu Wetland, Malaysia with Emphasis on
      Antibiotic Resistances. Journal of Biological Sciences. Pakistan.
Nanin Dwi Rinawati. Jurnal Daya Antibakteri Tumbuhan Majapahit terhadap bakteri
   Vibrio algynoliticus. Surabaya.
Robi, Amizar. Artikel Karakteristik Molekuler dari Vibrio parahaemolyticus dan
   Vibrio cholera yang diisolasi dari seafood.
Sarjito, 2011. Penggunaan Repetitive Sequence-Based Polychain Reaction (REP-
   PCR) Untuk Pengelompokan Bakteri Vibrio yang Berasosiasi dengan Ikan Kerapu
      Sakit dari Perairan Karimunjawa. J. Ilmu Kelautan, Vol. 16 (2) 103-110.
Ibid, 2010. Aplikasi Biomolekuler Untuk Deteksi Agensia Penyebab Vibriosis Pada
   Ikan Kerapu dan Potensi Bakteri Sponge Sebagai Anti Vibriosis. [Disertasi].
      Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Ibid, O.K. Radjasa, A. Sabdono, S.B. Prayitno and S. Hutabarat. 2009. Phylogenetic
   Diversity of the Causative Agents of Vibriosis Associated with Groupers Fish from
      Karimunjawa Islands, Indonesia. Current Research in Bacteriology, 2 (1): 14-21.
Shanmuga, P.U. 2008. Phenotypic and Genotypic Characterization of Vibrio harveyi
   Isolates from Mud Crab, Scylla tranquebarica. M. Phil. Dissertation, Dhanalakshmi
      Srinivasan College of Arts and Science for Women, Perambalur, (Bharathidasan
         University), Tamilnadu, 120 pp




[1] Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp) Di Perairan Nongsa Batam Provinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia 1I (1).
[2] Ferdian Bagus Feriandika, Sarjito, Slamet Budi Prayitno. Identification Vibriosis Agent in Fattening Mud Crabs Farming From Pemalang. Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 126-134.
[3] Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology, Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc
[4] TCBS Agar (7210)

33 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Artikel yang zakiyah muat sudah cukup lengkap dan mengingkatkan kita bahwa perlu kehati-hatian dalam mengkonsumsi apapun, terlebih pada seafood yang memiliki kandungan gizi yang tinggi.

    Saya hanya ingin memberikan tambahan tentang isu terkini mengenai Vibrio sp di udang. Dari sumber https://www.academia.edu/9746838/White_Feces_Syndrome_Sindrom_Feses_Putih_ menjelaskan bahwa penyakit kotoran putih atau dikenal dengan istilah white feces disease
    (WFD) sedang menyerang pertambakan udang Indonesia hal disebabkan oleh Microsporidia (dari kelompok Enterocytozoon) dan gregarines (diduga dari species Nematopsis spp.) berkolaborasi dengan bakteri
    Vibriospp.. Somboon et al.(2012)

    Penyakit ini ditandai dengan adanya kotoran putih yang mengambang pada permukaan media budidaya udang dan pada anco/feeding tray. Tanda klinis lainnya yaitu lepasnya kulit luar udang (eksoskeleton) dan infestasi epibiosis dari protozoa yang selanjutnya dapat menyebabkan insang berwarna gelap diikuti dengan nafsu makan udang menurun, pertumbuhan lambat, bahkan dapat menyebabkan kematian.

    Nah hal ini saya singgung karena ditakutkan udang yang dijual di pasaran adalah udang yang tidak segar, tapi malah udang yang sudah mati karena penyakit White Feces Syndrome ini. Lalu dimakan oleh manusia

    Untuk lebih jelasnya zakiyah bisa baca di sumber yang Saya berikan.. Terima Kasih :D

    BalasHapus
  3. artikel yang dipaparkan oleh zakiyah sangat informatif sehingga kita tahu bahwa tidak semua sea food aman dari bakteri, buktinya sudah dipaparkan jelas dalam artikel diatas bahwa bakteri Vibrio sp. ini dapat menyebabkan penyakit White feses syndrome, contohnya pada udang.
    nah ternyata, setelah saya membaca artikel yang dimuat di link ini http://perikanan.fp.unila.ac.id/catablog-items/efektifitas-ekstrak-buah-mengkudu-morinda-citrifolia-l-dalam-menghambat-pertumbuhan-bakteri-vibrio-sp-pada-ikan-kerapu-macan-epinephelus-fuscoguttatus/ bahwa buah mengkudu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio sp. pada ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan jenis ikan ekonomis penting yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan.
    semoga bermanfaat informasi tambahannya :)

    BalasHapus
  4. artikel yang dibuat zakiyah sudah bagus, kita jadi mengetahui mikroba pada seafood, selama ini kita sering memakannya tetapi tidak mengetahui ternyata ada bakteri yang kasat mata pada seafood:)

    saya ingin menambahkan, sebaiknya zakiyah memberikan contoh yang sudah sangat familiar yaitu alergi pada makanan seafood. alergi ini kurang lebih banyak diderita oleh masyarakat, mungkin masyarakat bertanya-tanya mengapa ketika kita memakan seafood bisa mengalami alergi?(sebagian orang), ada kandungan apa di makanan seafood tersebut. hal ini disebabkan karena pada saat proses pemasakan, makanan laut dan ikan dapat melepaskan komponen protein dengan ukuran sangat kecil (dikenal sebagai amines) yang dapat menyebabkan reaksi alergi di sistem pernapasan dan paru-paru. zakiyah bisa lihat lebih detailnya lagi di http://www.alergon.co.id/alergi-makanan-laut-dan-ikan/ . terimakasih^^

    BalasHapus
  5. artikel yang cukup bagus yaitu tentang adanya bakteri pada makanan seafood karena jenis makanan tersebut sangat digemari masyarakat Indonesia ;). dari berbagai sumber yang saya baca memang benar jenis bakteri yang ada di makanan tersebut salah satunya yaitu Vibrio sp. dan saya ingin menambahkan informasi mengenai pencegahan agar bakteri yang ada di seafood tersebut tidak termaakn oleh manusia seperti :
    Menjaga makanan laut dingin pada suhu di bawah 40 ° F akan membantu mencegah pertumbuhan bakteri patogen, dan memasak yang memadai akan menghancurkan patogen yang mungkin ada. Sanitasi yang layak dan kebersihan juga elemen kunci dari keamanan pangan. Praktek penanganan makanan yang buruk dan sanitasi dapat menyebabkan kontaminasi silang selama persiapan makanan menyebabkan penyakit bawaan makanan. Kontaminasi silang melibatkan mentransfer bakteri berbahaya dari satu makanan ke yang lain, dari papan pemotongan, peralatan, atau tangan Anda. Untuk mencegah kontaminasi silang ketika menyimpan atau memasak makanan laut, menjaga makanan laut mentah dan jus mereka jauh dari yang sudah dimasak atau siap-saji. Hal ini juga penting untuk mencuci tangan setelah menyentuh makanan atau non-makanan mentah permukaan atau benda kotor lainnya, dan setelah menggunakan toilet.
    US Food and Drug Administration percaya bahwa pencegahan adalah cara terbaik untuk menghindari penyakit bawaan makanan. Konsumen dapat mencegah penyakit bawaan makanan di rumah dengan menggunakan praktek penanganan makanan yang aman termasuk:
    mencuci tangan, peralatan, dan permukaan memasak sering,
    memasak seafood untuk minimal 145 ° F selama 15 detik,
    menjaga makanan laut mentah dan dimasak terpisah untuk menghindari kontaminasi silang, dan
    menyimpan seafood di kulkas bawah 40 ° F atau di freezer di bawah 0 ° F.
    info selanjutnya bisa dilihat di link ini --> http://seafoodhealthfacts.org/seafood_safety/practitioners/microbes.php

    terimaaksih semoga bermanfaat

    BalasHapus
  6. Dibalik kenikmatan yang tiada tara ternyata seafood menyimpan bahaya di dalamnya :( tapi tahukah kamu bahwa seafood ternyata banyak mengandung maanfaat untuk tubuh? Izin menambahkan dari sumber lain yang saya baca, disitu dicantumkan beberapa manfaat mengkonsumsi seafood diantaranya yaitu memiliki kandungan asam lemak dan omega yang tinggi, memiliki lemak yang banyak mengandung asam lemak yang tidak diproduksi pada tubuh, mengandung protein yang melimpah, mengandung vitamin, dan juga mineral.

    Bahaya seafood yg diakibatkan karena adanya mikroba berbahaya telah dijelaskan dengan baik pada artikel di atas, hal berbahaya lainnya pada seafood yaitu adanya kandungan merkuri pada makanan seafood. Zat merkuri adalah metal beracun yang berasal dari pencemaran air laut oleh zat-zat kimia seperti pertambangan, transportasi laut yang menggunakan bahan bakar, dll. Merkuri yang kita konsumsi terus menerus akan menumpuk dalam tubuh, ketika sudah menumpuk banyak, merkuri tersebut dapat menimbulkan dampak buruk pada sistem syaraf, bahkan bisa memicu timbulnya kanker. Untuk itu bila ingin mengkonsumsi seafood, masaklah ikan sampai matang untuk membunuh dan membuang mikroba serta zat berbahaya yang terkandung didalamnya. penjelasan lebih lanjut ada pada link berikut: http://reps-id.com/manfaat-dan-bahaya-mengkonsumsi-seafood-saat-diet/
    :)

    BalasHapus
  7. bagus sekali artikel nya.. sangat bermanfaat sekali untuk para pecinta seafood seperti saya, karena dalam paparan diatas dijelaskan bahwa bakteri yang menyerang ikan maupun kelas crustacea dapat membahayakan bila dikonsumsi.
    namun saya ingin menambahkan bagi pembaca yang suka makanan Jepang seperti "Sashimi", akan berdampak buruk bila pengolahannya yang salah.. dapat di unduh di http://www.tempo.co/read/news/2014/09/27/118610074/Benarkah-Makan-Sashimi-Berbahaya
    cara untuk mengatasi atau menghindari adanya mikroba pada makanan mentah seperti sashimi, dapat juga dibarengi dengan mengkonsumsi wasabi. Ternyata di balik rasanya yang “menggigit”, wasabi memiliki manfaat tersendiri loh! Wasabi yang berwarna hijau dan biasanya berbentuk pasta ini mengandung zat Allyl isothiocyanate, yang bersifat antimikroba kegunaannya yaitu menghambat pertumbuhan bakteri. baca selengkapnya di http://ciricara.com/2014/07/15/banyaknya-manfaat-wasabi-dibalik-rasanya-yang-mengigit/
    :*

    BalasHapus
  8. Saya setuju dengan artikel yang dibuat Zakiyah ini. karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyakit yang paling umum dijumpai pada usaha budidaya ikan laut.YC. Chong (1986) menyebutkan bahwa di perairan Siangapura terdapat 3 kelompok utama penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yaitu : pembusukan sirip/ekor, Vibriosis dan Streptococcosis. seperti yang dijelaskan pada http://blogs.unpad.ac.id/alfarico/2012/03/15/bakteri-pada-ikan-kerapu/..

    Suxes slaloe Zakiyaaah.... ;-D

    BalasHapus
  9. Artikel yang dibuat sangat informatif bagi masyarakat yang menggemari makanan seafood. Makanan seafood yang sangat popular ini ternyata mengandung bakteri yang dapat menggangu kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya. Padahal, seafood mengandung protein yang baik bagi tubuh. Bakteri yang terdeteksi pada makanan seafood yaitu bakteri Vibrio yang dapat menyebabkan penyakit jika mengonsumsi seafood secara berlebihan. Yang kita ketahui bahwa makanan seafood mengandung bakteri jahat. Makanan seafood memiliki banyak penyajian dengan rebus maupun bakar. Jika makanan seafood yang di rebus belum matang atau setengah matang, maka di dalam makanan seafood itu terdapat mikroba yang menempal yang akan menimbulkan penumpukan didalam tubuh dan akan menyebabkan timbulnya penyakit. Makanan seafood yang di bakar juga akan gangguan kesehatan pada tubuh jika memakan bagian seafood yang geseng atau hitam secara berlebihan, maka akan menimbulkan kanker.
    Jangan khawatir dengan penggemar seafood, ada cara untuk mengatasi penumpukan makanan seafood pada tubuh, dapat dibaca http://id.wikihow.com/Mengatasi-Penumpukan-Cairan agar menjadi informasi baru dan dapat melengkapi artikel Anda.

    BalasHapus
  10. Terima kasih Zakiyah bertambah lagi pengetahuan saya mengenai bakteri pada seafood ini. Izin menambahkan sedikit yaa neng mengenai bakteri pada seafood ada beberapa lagi selain yang sudah di sebutkan. Bakteri patogen yang umumnya terdapat dalam seafood diantaranya Salmonella sp., Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Vibrio sp. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kombinasi iradiasi gamma dan penyimpanan beku. Iradiasi gamma merupakan salah satu teknologi pengolahan pangan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah mikroba pathogen dengan merusak DNA pada bakteri tersebut dantanpa menyebabkan perubahan sensoris dalam produk tersebut .Untuk memaksimalkan proses iradiasi gamma dilakukan pula dengan kombinasi penyimpanan beku yang dapat menghambat kegiatan enzim dan reaksi kimia dalam sel bakteri sehingga dapat mencegah bakteri memperbaiki iradiasi.Nah dari uapaya tersebut untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam sumber yang telah saya baca sebelumnya di http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/download/150/159 semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  11. artikelnya bagus menarik sekali bahasannya, saya tidak menambahkan atau mengkritisi isi atrikelnya karena sudah banyak tambahan dari komentar-komentar diatas. saya hanya ingin memberi masukan mungkin artikel ini akan lebih menarik bila ada gambar dan disusun rapih sehingga pembaca jadi lebih tertarik untuk membaca artikel ini. Mohon maaf. Terima kasih :D

    BalasHapus
  12. banyak orang yang sangat suka dengan seafood, selain kandungan gizi yang tinggi rasanya juga sangat lezat. namun, ketika kita akan mengkonsumsi seafood maka kita harus lebih berhati-hati, karena selain bakteri yang menyebabkan penyakit pada seafood, ada beberapa seafood yang mampu menyimpan logam berat yang berbahaya (kerang hijau). http://srinthil.org/278/kerang-hijau-perempuan-dan-cerita-kaum-pinggiran/

    BalasHapus
  13. Saya setuju dengan saudari Anggit bahwa kita harus lebih berhati-hati dengan mengkonsumsi seafood ini. Mengonsumsi kerang berlebihanpun berpotensi terkena bahaya logam berat. Akumulasi jumlah logam di dalam tubuh kerang yang kemudian berpindah ke dalam tubuh manusia tentunya sangat membahayakan kesehatan. Selain logam berat, kerang juga berpotensi mengandung racun karena nutrisi untuk hidup hewan ini meliputi fosfat yang berlimpah dan nitrogen yang mana kedua zat tersebut berasal dari limbah rumah tangga.Dan patut diperhatikan juga bahwa racun yang terdapat di dalam kerang tidak mempan sedikitpun dengan proses pemanasan ketika Anda memasaknya. Untuk lebih jelasnya jenis-jenis racun yang terkandung dalam tubuh kerang Zakiyah bisa membacanya pada referensi https://www.deherba.com/mengkonsumsi-kerang-berlebihan-berpotensi-terkena-bahaya-logam-berat.html
    Terimakasih :)

    BalasHapus
  14. Wah artikel yang sangat pas karena saya sendiri pernah mengalami gejala gastroenteritis karena terlalu suka mengkonsumsi seafood (Cth : udang) :) Hal itu tenyata karena si Vibrio parahaemolyticus ini. Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan yaitu rehidrasi dan penambahan elektrolit atau pemberian antibiotik seperti Kloramfenikol, Kanamisin tetrasiklin dan sefalotin sesuai resep dokter.
    Melalui kejadian tersebut dan informasi artikel ini menjadi pelajaran tersendiri untuk self limiting dalam mengkonsumsi seafood dan lebih memperhatikan pengolahan dan penyimpanan makanan laut secara cermat.

    Terima Kasih :)
    Dela Rahma S

    BalasHapus
  15. artikel yang cukup menarrik dan bagus zakiyah, menambah wawasan saya bahwa makanan seafood yang terbilang mahal dan kaya akan protein itu ternyata masih tetap saja dapat mengandung mikroba di dalamnya..
    izin menambahkan bahwa si bakteri Vibrio sp ini tidak hanya di kalangan kelas crustacea saja tapi juga terdapat pada ikan baronang, dan kelompok vibrio ini sangat banyak sekali menempel pada inangnya yang kebanyakan hewan air laut dan air payau..
    untuk lebih lengkapnya bisa dilihat disini yaa http://www.alamikan.com/2012/05/cara-mengatasi-penyakit-vibrio-spp-pada.html

    jazakillah khairan jazza zakiyah :)

    BalasHapus
  16. Informasi yang sangat menarik! Terima kasih Miftahuzzakiyah telah memaparkan artikel berupa mikroba dan lezatnya seafood. Seperti yang kita ketahui bahwa seafood merupakan salah satu makanan produk hasil laut yang banyak dikonsumsi manusia saat ini contohnya yaa seperti kerang-kerangan, cumi, kepiting dan udang, selain itu seafood memiliki nilai protein yang tinggi, seringkali kita anggap mengkonsumsi seafood baik-baik saja tanpa mememikirkan kadungan lain di dalamnya. Artikel ini cukup menyadari kita para konsumen seafood untuk berhati-hati dalam memakannya. Adapu daerah yang telah mengalami kontaminasi pada seafoodnya diantaranya adalah seafood yang dijual di kota Padang dan Muara Angke, Jakarta Utara sepeti yang kita ketehui banyak daerah yang disuplay dari Muara Angke. Info lebih lengkap: http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ARTIKEl-robi-amizar.pdf.

    Terima kasih :)

    BalasHapus
  17. artikelnya sangat bagus dan informatif sekali neng zakiyah. rata rata orang indonesia sangat menyukai seefood karena kandungannya yang sangat banyak baik protein, vitamin dan lainnya. saya setuju dengan neng zakiyah, banyak sekali bakteri yang terdapat pada seafood, misalnya bakteri Vibrio sp.
    bakteri pada udang disebabkan datang bersama bahan baku atau sebagai jasad kontaminasi dari lingkungan seperti air dan tanah. bakteri yang sering terdapat pada udang antara lain adalah Salmonella sp, Shigella sp, Proteus sp,
    cara mencegah pencemaran bakteri pada seafood selain memasak makanan sampai benar benar matang, kita juga harus menyimpan makanan pada suhu lemari es yang sesuai, melindungi makanan terhadap pencemaran oleh binatang seperti lalat.
    sumber :http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/5/jtptunimus-gdl-s1-2008-anjispriba-203-2-bab2.pdf. trimakasih zakiyah :)

    BalasHapus
  18. artikel yang sangat jelas dan cukup lengkap. terima kasih zakiyah telah memberikan informasi yang bernilai. seperti yang telah di jelaskan teh gin, bakteri Salmonella sp, shigella sp dll bisa menginfeksi udang. adapula genus streptococus yang bisa menginfeksi ikan kerapu merah dan baronang. bahkan tidak hanya hewan laut tapi rumpu laut pun dapat terinfeksi oleh bakteri. Berdasarkan hasil uji secara morfologi dan biokimia dari isolat bakteri pada rumput laut, didapatkan 4 jenis bakteri yang termasuk dalam golongan bakteri gram negatif yaitu Chromobacterium violaceum, Acinetobacter (dominan), Flavocytofaga, , dan Vibrio.
    (Sumber : http://itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/Bakteri%20pada%20Ikan%20dan%20Hasil%20Laut.pdf)

    BalasHapus
  19. Artikelnya sangat bagus Zakiyah :) saya selaku penggemar seafood menjadi bertambah wawasan lagi terkait bahaya bakteri yang terkandung dalam seafood, dan lebih berhati-hati dalam mengonsumsi seafood diluar rumah seperti di rumah makan khusus seafood dan sebagainya yang kita tidak mengetahui tingkat kemasakan atau kematangan dalam pengolaha seafood tersebut.
    Menambahkan saja mengenai baiknya atau sebaiknya menonsumsi seafood dalam keadaan matang.
    Dapat dilihat selengkapnya pada link dibawah ini
    http://saelekko.com/beberapa-jenis-makanan-sebaiknya-di-konsumsi-dalam-keadaan-matang/
    Terimakasih Zakiyah, semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  20. menarik sekali, saya hanya ingin menambahkan proses identifikasi bakteri dengan proses enrichment seperti di http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ARTIKEl-robi-amizar.pdf. Terima kasih

    BalasHapus
  21. atikel yang zakiyah buat sangat informatif, khususnya buat kita yang suka makan seafood . sedikit tambahan ternyata Mikroorganisme yang paling dominan dan berperan dalam kerusakan (pembusukan) daging ikan adalah bakteri yang terdapat di insang ikan segar tersebut. selebihnya dapat di lihat di http://wacanasainsperikanan.blogspot.com/2010/07/mikroorganisme-pada-ikan-segar.html . terimakasih, semoga bermanfaat :-)

    BalasHapus
  22. atikel yang zakiyah buat sangat informatif, khususnya buat kita yang suka makan seafood . sedikit tambahan ternyata Mikroorganisme yang paling dominan dan berperan dalam kerusakan (pembusukan) daging ikan adalah bakteri yang terdapat di insang ikan segar tersebut. selebihnya dapat di lihat di http://wacanasainsperikanan.blogspot.com/2010/07/mikroorganisme-pada-ikan-segar.html . terimakasih, semoga bermanfaat :-)

    BalasHapus
  23. Trimakasih zakiya artikelnya sangat informatif menambah pengetahuan baru. Menambahkan sedikit tentang mikroba pada ikan air laut juga Aeromonas hydrophilatelah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di seluruh dunia, dan adakalanya pada ikan laut. Terdapat pandangan yang
    berbeda tentang peran yang tepat dari Aeromonas hydrophila sebagai ikan patogen.Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan bahwa Aeromonas hydrophilaadalah suatu patogen utama ikan air tawar (Hayes, 2000)
    A. hydrophila telah dihubungkan dengan beberapa penyakit pada ikan, termasuk busuk ekor, busuk sirip, dan haemorrahagic septicaemia. Haemorrahagic septicaemia ditandai oleh adanya luka kecil pada permukaan, sering mengarah pada pengelupasan sisik, pendarahan pada insang dan dubur, borok, bisul, exophthalmia (mata membengkak), dan pembengkakan perut. Pada bagian dalam, dimungkinkan adanya cairan ascitic di dalam rongga peritoneal, kekurangan darah merah, dan pembengkakan ginjal dan hati (Miyazaki dan Kage, 1985)
    http://itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/Bakteri%20pada%20Ikan%20dan%20Hasil%20Laut.pdf

    BalasHapus
  24. artikel zakiya sangat informatif, membahas mengenai mikroba dan seafood khususnya mengenai Bakteri Vibrio fischeri , izain menambahkan ya ternyata Bakteri Vibrio fischeri memiliki peran sebagai indikator pencemaran lingkungan. untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada sumber berikut http://pasti.itgo.com/tabloid/edisi23/iptek.htm, selain itu pada bakteri Vibrio sp. juga dapat berperan dalam pengolahan air limbah pada industri pecelupan tekstil (sumber : http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JST/article/download/1424/12850) Terima Kasih zakiya

    BalasHapus
  25. Pembahasan yang dipaparkan oleh saudari Zakiyah sangat menarik dan informatif, karena banyak dari kita yang menyukai panganan seafood, namun setelah membaca artikel ini, kita jadi lebih berhati-hati lagi sebelum memakan makanan seafood walaupun menggiurkan dan lezat rasaya. yang dijelaskan dalam artikel ini juga sudah sangat lengkap, lebih bagus lagi jika diberikan klasifikasinya seperti pada http://www.academia.edu/8684882/VIBRIO_COLERA_MORFOLOGI_Bakteri
    Good Job Zakiyah! :D

    BalasHapus
  26. artikel yang menarik dan bermanfaat yah neng, pengomentar sebelum saya pun sudah mengomentar dengan baik dan bermanfaat pula.. ternyata kita harus berhati2 yah dalam mengonsumsi ikan..
    dan ternyata utama dari penggaraman yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Proses penggaraman berfungsi menghambat atau menghentikan sama sekali reaksi autolisis dan membunuh bakteri yang terdapat pada tubuh ikan. Garam menyerap cairan tubuh ikan sehingga proses metabolisme bakteri terganggu karena kekurangan cairan bahkan akhirnya mematikan bakteri. Selain menyerap cairan tubuh ikan, garam juga menyerap cairan tubuh bakteri sehingga bakteri akan mengalami kekeringan dan akhirnya akan mati. Dengan matinya bakteri pembusuk maka ikan akan tetap dalam keadaan segar dan kerusakan pada ikan
    dapat dicegah ( sumber http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25309/5/Chapter%20II.pdf )

    BalasHapus
  27. artikel yang menarik ya zakiyah, artikelnya sudah cukup jelas dan lengkap. Jadi kita tidak boleh memakan seafood secara berlebihan tidak baik, dan berhati-hati juga dalam mengkonsumsi ikan, apa yang sudah di jelaskan oleh pengomentar yang lainnya sudah sangat membantu. Godd Job neng Zakiyah Sukses ya .. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaamiiinnn. terima kasih yaaaa festy . sukses buat festi jugaa aamiin :)

      Hapus
  28. waaah. zakiyah nulis artikelnya bikin saya deg-degan deh bacanya. tapi terima kasih sudah berbagi, saya jadi bisa lebih berhati-hati memilih makanan sea food :)
    saya juga jadi lebih tertarik membaca tips memilih panganan sea food di http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/titin-hera-widi-handayani-mpd/modul-ppg-pengolahan-makanan-indonesia.pdf . ini bisa dilihat zakiyah :)

    terima kasih zakiyah artikelnya.. saya suka sekali :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kok deg"an ? jatuh cinta ya sama artikelnya ya daa ? :D . thank a lot before and after yaaaaaa :)

      Hapus
  29. terima kasih banyak teman" untuk tambahan informasinya semoga bermanfaat ya aamiinn :)

    BalasHapus
  30. materi yang unik dan baik. ini mikroba atau parasit yang tumnuh pada seafood, buat menabah info saja ya neng http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1289/skripsi.pdf?sequence. nuhun nyakk

    BalasHapus
  31. vaksin TB saat ini adalah Vaksin BCG, mengandung M. Bovis Bacillus Calmete-Guerin yang telah dilemahkan. vaksin ini telah digunakan selama lebih dari 70 tahun. banyak penelitian bahwa vaksin BCG belum berhasil mengendalikan epidemi TB. penelitian lain juga menyatakan bahwa vaksin BCG ternyata hanya efektif untuk mencegah TB meningeal pada anak-anak sedangkan untuk mencegh TB paru pada orang dewasa sangat kecil dan tingkat keefektifan tidak konsisten. sampai saat ini belum ditemukan vaksin baru untuk TB, sedangkan banyak penelitian untuk menemukan vaksin TB baru yang lebih baik. hal ini sesuai dengan referensi http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/553/jbptitbpp-gdl-ratnaannis-27625-2-2007ta-1.pdf
    itu saja tambahan dari saya, paparan yg bagus zakiyah. terimakasih :)

    BalasHapus